Home | » | Ekonomi & Investasi |

KUPANG,FLOBAMORA.NET–Anggota DPD RI
asal Nusa Tenggara Timur (NTT) Ibrahim Agustinus Medah pekan lalu meminta
Menteri Pertanian RI, Amran Sulaiman mengalokasikan 3.000 embung atau 10 persen
dari program nasional 30 ribu embung di tahun 2017. Namun, jumlah itu belumlah
cukup jika satu desa hanya dibangun satu embung.
Idealnya, satu dusun satu embung karena kondisi topografi NTT yang
berbukit-bukit. Jika dibuat waduk maka dibutuhkan biaya yang besar dan lahan
yang luas jika dibandingkan dengan pembangunan embung, maka akan membutuhkan
biaya yang tidak terlalu besar dan juga tidak mengganggu lahan milik masyarakat
di dusun-dusun.
“Kalau
dibuat waduk, biaya besar dan butuh lahan besar. Kalau embung, maka tidak
terlalu mengganggu lahan di dusun,” kata Medah di Kupang, Jumat lalu.
Ia menjelaskan, saat ini sudah ada embung, namun jumlahnya belum cukup. Selain
itu, embung dibangun di punggung bukit sehingga daerah tangkapan airnya tidak
terlalu besar. Semestinya embung-embung dibangun di dalam sungai-sungai kering
sehingga daerah tanggkapan airnya luas. "Jika hal itu dilakukan maka
sepanjang hujan airnya tertampung di situ. Jadi setiap 200 meter satu embung di
dalam sungai tersebut,” kata Medah.
Menurutnya, jika embung dibangun di sungai-sungai kering, semua air hujan yang
tumpah akan tertampung dan tinggal dialirkan ke lahan pertanian. Bisa juga
menggunakan hidrolik untuk dipompa ke atas gunung. Jika hal itu dilakukan maka
membangun embung tidak terlalu mahal tetapi sangat efektif, karena air hujuan
yang turun seluruhnya tertampung di dalam embung.
Ia menjelaskan, NTT mempunyai potensi pertanian yang luar biasa dan ekonomi ada
di sektor pertanian, sayangnya belum dikembangkan secara maksimal. Inilah yang
menyebabkan NTT dilanda kemiskinan, oleh kaerna itu, memasuki suksesi pilgub
NTT, masyarakat harus memilih gubernur yang mampu mengangkat ekonomi berbasis pertanian
ke permukaan. Masyarakat tidak bisa memilih gubernur yang biasa-biasa saja yang
tidak bisa mengangkat potensi alam naik ke permukaan.
Masyarakat dan semua stakeholder di NTT harus memahami bahwa NTT saat ini dalam
kondisi kritis. Jumlah petani terus menurun, lahan pertanian semakin sempit,
impor bahan pangan dari luar daerah semakin banyak, apalagi 80 persen APBD NTT
berasal dari pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan pemerintah tidak mampu
mengangkat potensi NTT seperti pertanian, termasuk peternakan, perikanan dan
kelautan.
“Karena itu harus dinaikkan ke permukaan untuk menggerakkan ekonomi NTT yang
kemudian bisa menerobos masalah kemiskinan tadi. Oleh karena itu, siapapun
gubernurnya harus mampu mengangkat ini ke permukaan. Tidak bisa normatif saja,”
kata Ketua DPD I Partai Golkar NTT itu.
Ia menambahkan, sampai saat ini pemerintah provinsi dan kabupaten/kota masih
normal-normal saja. Belum melakukan gebrakan yang luar biasa untuk mengangkat
potensi pertanian NTT. Maka tak heran NTT masih berada di peringkat ketiga
daerah termiskin di Indonesia.***
-
TAG:
- ekonomi
REKOMENDASI
- Ingin Awet Muda? Perhatikan Regenerasi Tubuh
- Copot Pejabat, Ahok Langsung Dikirimi Pesan Singkat oleh Anak Lurah
- Apa Peran Ibas dalam Kasus Hambalang? Yusril Siap Dampingi Nazaruddin
- Dahlan Isyaratkan Pembangunan Pabrik Semen Kupang III
- Presiden Korea Utara Beber Alasan Eksekusi Pamannya Sendiri dan Ancam AS
- Lakukan Ini untuk Mencegah Naiknya Asam Lambung
KOMENTAR ANDA Pedoman Mengirim Komentar
0 komentar